Sehat Islami: Pilih Yang Halal Sekaligus Thayyib
Senin, 31 Januari 2011
Hidayatullah.com--Saat
ini, tidak sedikit orang yang mencari harta tapi tidak mengindahkan
halal dan haramnya. Yang halal pun terkadang tidak diproduk dengan baik.
Dalam arti, memproduksi makanan yang tidak bermutu dan bergizi.
Etika produksi tidak dipedulikan lagi. Kem
udian makanan dengan
kandungan bahan-bahan kimiawi yang membahayakan atau menjual makanan
kadaluarsa dengan kemasan yang menarik dijual. Semuanya demi meraup
keuntungan sebesar-besarnya, walaup
un membahayakan orang lain.
Inilah zaman, sebagaimana
telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (HR Bukhari).
Dalam Islam, ada etika untuk memproduksi dan tidak sembarang memakan.
Semua ini diatur agar manusia menjadi sehat, baik jasmani maupun
rohani.
Agama Islam tidak hanya mengatur tata cara ritual
peribadatan, akan tetapi aspek-aspek yang mendukung beribadah juga
diatur, seperti kesehatan. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menjaga
kondisi tubuh, agar bisa menunaikan ibadah dengan sempurna.
Rasulullah SAW pernah menyuruh Abbas untuk berdoa memohon kesehatan. “Wahai Abbas, mohonlah kepada Allah SWT untuk kesehatanmu di dunia ini dan di akhirat nanti.” (HR. Tirmidzi).
Anjuran Rasulullah SAW menjaga kesehatan itu salah satu di antaranya
adalah menjaga perut dari hal-hal yang menimbulkan penyakit.
Diriwayatkan, Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "Tidak ada
bejana yang lebih buruk yang diisi oleh manusia melainkan perutnya
sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa kerat makanan yang
dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa, maka ia bisa mengisi
sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga lagi dengan minuman, dan
sepertiga sisanya untuk nafas."(HR.Ahmad dan Tirmidzi).
Hadis tersebut memberi pelajaran bahwa kita tidak boleh sembarangan
memakan. Ada aturan dan batasan-batasan untuk menjaga keseimbangan
tubuh. Hal itu agar terjadi stabilitas dan harmonisasi antara tubuh dan
jiwa manusia. Sehingga ia menjadi orang yang kuat, tidak hanya kuat
jasmani tapi ruhaninya juga tangguh.
Bahkan Rasulullah SAW cukup piawai dalam ilmu pengobatan dan penjegahan penyakit.
Seperti tertulis dalam Kitab Tibb al-Nabawi karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah yang berisi himpunan cara Nabi SAW dalam pengobatan dan terapi penyakit baik fisik maupun hati.
Dalam kitab itu, diungkapkan bahwa menurut Rasulullah SAW, perlindungan itu lebih baik daripada mengobati (al-wiqayah khoirun minal ‘Ilaj). Menjaga kesehatan merupakan obat yang paling besar untuk menghadapi penyakit.
Lantas bagaimana Islam mengatur keseimbangan jasmani dan ruhani agar tetap sehat?
Al-Qur’an telah memberi petunjuk yaitu, memakan yang halal dan yang baik-baik (thayyib). Allah SWT berfirman: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi.” (QS.al-Baqarah : 168).
Di ayat yang lain Allah SWT juga memberi anjuran yang sama. Surat Al Maidah ayat 88 “Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah
dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman
kepada-Nya.”
Allah SWT memerintahkan untuk tidak memakan makanan haram sebab itu
membahayakan jasmani dan ruhani. Tidak hanya itu, untuk penjagaan
tersebut, Allah SWT juga memerintahkan untuk tidak sekedar memilih
makanan, akan tetapi pilihlah makanan yang baik-baik.
Makanan yang halal dan thoyyib adalah dalam rangka menjaga
jasmani dan ruhani. Penjagaan jasmani dengan memilih yang thoyyib.
Artinya, memakan makanan yang bergizi, dan mempunyai fungsi yang baik
untuk kesehatan tubuh.
Islam menyuruh kita untuk menjauhi barang yang diharamkan karena
makanan yang dimakan akan mendarah daging dalam tubuh. Hal ini bisa
menjadi salah satu penyebab doa seseorang tidak di ijabah oleh Allah
SWT.
Penjagaan ruhaniyah dengan memakan makanan yang halal. Allah SWT
telah mengatur semuanya, bahwa makanan-makanan yang dihalalkan itu sudah
cukup bagi manusia untuk melangsungkan hidup dan menjaga kesehatan.
Sehingga tidak perlu lagi untuk memakan yang haram.
Allah SWT berfirman: “Makanlah di antara rezki yang baik yang
telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang
menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh
kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. Thaaha:81)
Makanya, orang yang mamakan makanan haram sesungguhnya orang yang
berlebih-lebihan. Orang yang mengkonsumsi makanan secara berlebihan
tentu tidak baik untuk kesehatan.
Makanan yang haram itu ada dua; yaitu pertama, esensinya memang
diharamkan seperti: babi, bangkai, darah dan lain-lain. Kedua cara
memperolehnya, seperti mencuri, merampok, riba dan lain-lain.
Kenyataannya, makanan yang halal itu lebih banyak daripada yang
diharamkan. Pada dasarnya semua makanan halal kecuali ada petunjuk yang
mengharamkannya. Memakan makanan yang hanya halal adalah bentuk keimanan
seseorang, karena hal itu adalah perintah Allah SWT untuk menghindari
barang yang haram.
Sementara, makanan yang halal itu lebih baik dan menyehatkan. Sedangkan yang haram itu adalah tidak baik. Allah SWT berfirman: “Dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. (QS. Al-A’raf: 157).
Ayat ini menunjukkan makanan haram itu biasanya yang buruk. Contoh misalnya, alkohol, babi, darah dan lain-lain.
Tidah hanya itu, ternyata kita diperintah untuk memakan yang halal
lagi bergizi. Kata Thayyib dalam ayat al-Qur’an di atas adalah yang
baik, dalam arti yang memiliki manfaat bagi tubuh. Tidak sekedar halal.
Sebab, ternyata saat ini pun terdapat makanan halal akan tetapi ia tidak
bagus atau tidak memberi manfaat untuk kesehatan. Makanan yang bermutu
di sini dianjurkan agar seseorang itu menjadi kuat tidak lemah. Sehingga
lebih bersemangat dalam beribadah.
Makanya dalam Islam, tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan
pengawet yang tidak mendukung kesehatan manusia. Sebab itu akan
mengurangi kualitas kesehatan makanan tersebut.
Pilihlah makanan yang bergizi, memiliki mutu kesehatan. Sebab itu
menguatkan tubuh. Jika tubuh kuat, maka kita mampu menunaikan semua
kewajiban dengan sempurna. Tidak sekedar bergizi dan bermutu, akan
tetapi juga halal. Cara mendapatkannya pun harus dengan cara yang halal.
Inilah cara sehat secara Islami. Menyehatkan rohani menguatkan jasmani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar